You are currently viewing Ribuan Kaum Muslimin Padati Halaman Edutorium UMS Pada Salat Idulfitri 1445 H

Ribuan Kaum Muslimin Padati Halaman Edutorium UMS Pada Salat Idulfitri 1445 H

ums.ac.id, SOLO – Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menggelar kegiatan Salat Idulfitri 1 Syawal 1445 H bertempat di Halaman Edutorium KH. Ahmad Dahlan UMS, Jl., Adi Sucipto No.33, Karangasem, Laweyan, Surakarta Rabu, (10/4).

Kegiatan tersebut membuktikan bahwa UMS merupakan universitas yang mencerahkan, unggul, dan mendunia yang berkominten untuk terus mensyiarkan islam melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Jamaah yang hadir bukan hanya berasal dari Muhammadiyah saja melainkan juga warga muslim dari beragam lapisan masyarakat.

Jamaah terlihat antusias untuk mengikuti Salat Idul Fitri dan berbondong-bondong menuju halaman gedung yang digunakan Muktamar Muhammadiyah ke-48 pada tahun 2022, dengan mengajak serta keluarga dan kerabat menggunakan kendaraan pribadi baik roda 2 maupun roda 4. Meski diikuti puluhan ribu jamaah, Salat Idulfitri tersebut berlangsung dengan khidmat dan lancar.

Pada tahun ini, yang ditugaskan sebagai khatib yaitu Prof., Ihwan Susila, S.E., M.Si., Ph.D., yang juga sebagai Wakil Rektor III UMS. Dalam khutbahnya, Ihwan menyampaikan tentang manusia penghuni surga.

“Dengan beridul fitri, kita menyadari bahwa asal kejadian kita adalah dari tanah,” kata Ihwan.

Sebagaimana Firman Allah, lanjutnya, yang berbunyi “Allah Yang membuat sebaik-baiknya segala sesuatu yang Dia ciptakan dan Dia telah memulai penciptaan manusia dari tanah,” QS. As-Sajadah [32]: 7.

Kemudian Wakil Rektor III UMS itu memaparkan mengenai kesadaran bahwa asal kejadian manusia dari tanah, akan mampu mengantar manusia memahami jati dirinya. Tanah berbeda dengan api yang merupakan asal kejadian iblis. Sifat tanah stabil, tidak bergejolak seperti api. Tanah menumbuhkan, tidak membakar.

“Begitu sempurnanya penciptaan manusia yang dibekali dengan akal pikiran dan dihamparkannya bumi untuk mencari karunia Allah, maka sudah selayaknya kita memakmurkan bumi Allah ini dan bukan untuk membuat kerusakan di muka bumi,” serunya.

Ihwan menyampaikan tentang kitab suci Al-Qur’an yang menguraikan bahwa sebelum manusia ditugaskan ke bumi, Allah memerintahkannya tinggal terlebih dahulu di surga agar Nabi Adam dan Ibu Hawa memperoleh pelajaran berharga. Di surga, hidup sejahtera penuh kedamaian sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Thaha [20]: 118-119.

“Di sana juga tidak terdengar, jangankan ujaran kebencian,
ucapan yang tidak bermanfaat pun tidak ada wujudnya. Yang ada hanya kedamaian,” lanjut Ihwan Susila.

Pada khutbah itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UMS juga menyampaikan bahwa pakaian adalah hiasan. Pakaian juga menandai identitas dan melindungi manusia dari sengatan panas dan dingin sambil menutupi bagian yang enggan diperlihatkan.

“Ibadah puasa selama bulan Ramadhan telah mengajarkan kepada kita untuk menenun pakaian takwa dengan nilai-nilai luhur yang akan kita pertahankan dan kita pelihara sebagai bekal menjalani kehidupan,” ungkapnya.

Sebelum mengakhiri khutbah, Ia mengingatkan bahwa manusia yang akan kembali ke surga adalah yang teguh
keyakinannya, senantiasa bersabar walau kekurangan,
hemat dan sederhana walau kaya, murah hati dan tidak
sombong, rendah hati, tidak menghina dan tidak mengejek,
tidak menyebar fitnah tidak menuntut yang bukan haknya
dan tidak menahan hak orang lain.

Dengan keyakinan bahwa Allah akan bersama orang-orang
yang bertaqwa, Ihwan mengajak kepada jamaah untuk menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini dengan penuh rasa syukur dan kesabaran.

“Rumah kita sesungguhnya ada di surga, tempat orangtua
kita Nabi Adam dan Ibu Hawa diciptakan dan hidup dengan
damai dan sejahtera. Suatu ketika nanti insya Allah kita akan kembali ke rumah orang tua kita di surga dan menjalani kehidupan abadi yang penuh kebahagiaan,” pungkasnya.

Menutup khutbah Salat Idulfitri, Ihwan mengajak seluruh jamaah untuk merayakan Idulfitri ini dengan hati terbuka, dengan dada yang lapang, pikiran yang bersih, dan dengan muka yang jernih, serta dengan uluran tangan, untuk saling memaafkan. (Yusuf/Humas)