You are currently viewing Mahasiswa PGSD UMS Bebas Ujian Akhir, Ini Faktanya

Mahasiswa PGSD UMS Bebas Ujian Akhir, Ini Faktanya

PABELAN – Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Festival Bahasa Indonesia. Kegiatan Festival Bahasa Indonesia itu dilaksanakan pada, Senin (4/7/22). Muhammad Taufik Hidayat, dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia SD, mengatakan, Festival Bahasa Indonesia ini menjadi ajang berkarya bagi para mahasiswa PGSD UMS.

Hal ini karena pada mata kuliah tersebut ujian akhirnya diganti tugas berbasis project kelompok. Sehingga, kata Taufik, nilai pada mata kuliah ini diambil dari karya yang dibuat oleh para mahasiswa itu. Taufik menambahkan, ada tiga jenis karya yang dibuat oleh mahasiswa yaitu, drama, dongeng dan musikalisasi puisi. Para mahasiswa dari masing-masing kelompok memperagakan drama, dongeng dan juga musikalisasi puisi lalu direkam dijadikan sebuah video.

Selanjutnya, karya dari para mahasiswa itulah yang kemudian difestivalkan. Total video yang difestivalkan ada 18 video, yang terdiri dari enam drama, enam dongeng dan enam musikalisasi puisi. Taufik menilai festival tahun 2022 ini lebih bagus daripada festival-festival sebelumnya.

“Terutama karyanya ya, mereka para mahasiswa membuatnya lebih totalitas. Karena sebelumnya mereka terlebih dahulu mendapat pembekalan dari para praktisi di bidangnya,” kata Taufik.

Dalam festival tersebut, turut mengundang seorang film maker dan juga praktisi dari Hexa studio.

“Khusus untuk dongeng itu saya menghadirkan langsung pendongeng (ventriloquist) dari India, Satyajit Pahdye. Meskipun Satyajit Pahdye saya hadirkan secara online melalui zoom meeting namun hal itu sangat berpengaruh terhadap karya yang dibuat mahasiswa,” lanjut Taufik.

Festival Bahasa Indonesia yang digelar di Gedung J Seminar FKI UMS itu diikuti oleh 131 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan dosen. Selain itu, terdapat pula satu dosen dan satu mahasiswa dari STKIP Muhammadiyah Blora yang hadir ke festival ini. Mereka hadir ke festival ini karena ada lima mahasiswa dari STKIP Muhammadiyah Blora yang ikut dalam program pertukaran mahasiswa di UMS. Ke depannya, Taufik berharap acara semacam ini terus berlanjut.

Dan rencananya kata Taufik, pada festival selanjutnya akan ada awarding serta akan mencari tempat yang lebih luas sehingga bisa menghadirkan penonton lebih banyak. Taufik menambahkan, sebenarnya pada festival sebelumnya itu sudah ada awardingnya tapi kala itu hasil karya yang dibuat mahasiswa belum sebagus seperti sekarang.

Sehingga pada festival kali ini saya mencoba hal yang berbeda, yakni dengan rutin menghadirkan praktisi untuk membantu memberikan materi dan merangsang mahasiswa agar saling berkompetisi dengan kelompok lain untuk menghasilkan karya terbaiknya.

“Benar saja, karya yang dihasilkan mahasiswa akhirnya bagus-bagus dan saya sebagai dosen pengampu merasa bangga akan hal itu,” tandasnya. (Bangkit/Humas)