You are currently viewing Profesor Marian Klamer dari Leiden University Berikan Materi Berharga tentang Studi Bahasa Daerah di Indonesia

Profesor Marian Klamer dari Leiden University Berikan Materi Berharga tentang Studi Bahasa Daerah di Indonesia

  • Post author:
  • Post category:Berita

ums.ac.id, SOLO– Dalam sebuah kuliah tamu yang digelar di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof., Dr., Marian Klamer, seorang ahli linguistik terkemuka dari Universitas Leiden, Belanda memberikan paparan yang mendalam mengenai studi bahasa daerah di Indonesia, pada Sabtu (14/10).

Acara tersebut diikuti oleh sejumlah mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMS.

Profesor Klamer, yang telah lama berkontribusi dalam bidang bahasa dan budaya Indonesia, menjelaskan pentingnya studi bahasa daerah dalam menjaga dan melestarikan warisan linguistik yang kaya di Indonesia. Dalam paparannya, dia menyoroti berbagai aspek bahasa daerah, mulai dari struktur linguistik hingga peran penting bahasa dalam budaya dan identitas lokal.

Dalam kuliah tamu tersebut, Klamer menyampaikan materi mengenai berbagai bahasa daerah di seluruh Indonesia, termasuk bahasa-bahasa yang kurang dikenal dan terancam punah. Ia juga menggarisbawahi upaya-upaya yang telah dilakukan oleh para peneliti dan masyarakat lokal dalam mendokumentasikan dan memelihara bahasa-bahasa ini.

Nindy Muji Utami, salah satu peserta dalan kuliah tamu tersebut mengungkapkan, paparan Klamer menjadi salah satu langkah penting dalam mempromosikan studi bahasa daerah dan melestarikan bahasa-bahasa lokal yang memiliki peran penting dalam menjaga identitas kultural Indonesia.

“Keberhasilan acara ini mencerminkan komitmen dalam memelihara dan menghormati warisan linguistik yang begitu berharga bagi negara ini,” ungkap Nindy, Selasa (17/10).

Menurut Nindy, kehadiran Guru Besar dari Universitas Leiden di UMS menjadi momentum berharga bagi para mahasiswa yang tengah mengejar studi bahasa dan budaya Indonesia. Diskusi yang berlangsung setelah pemaparan materinya, memberikan kesempatan bagi peserta untuk bertanya, berbagi, dan memperluas pemahaman mereka tentang keragaman bahasa di Indonesia. (Maysali/Humas)