You are currently viewing MABAS UMS Adakan Seminar Peradaban, Kenali Sosok Zainab Gadis Perempuan yang Sholihah

MABAS UMS Adakan Seminar Peradaban, Kenali Sosok Zainab Gadis Perempuan yang Sholihah

  • Post author:
  • Post category:Berita

ums.ac.id, SOLO – Ma’had Abu Bakar Ash-Shiddiq (MABAS) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berkolaborasi dengan Global Fulcrum of Wasatiyyat Islam dan Perempuan Berkemajuan menyelenggarakan forum seminar peradaban dengan mengundang Penasihat Grand Syaikh University of Al Azhar Mesir yaitu Prof., Dr., Nahla Shabri Al-Sha’idy, Kamis (2/11).

Seminar Al-Nadwah Al-Arabiyyah ke-9 mengangkat tema diskusi Al-Islam, Al-Mar’ah wa Al-Hadharah dengan pokok diskusi ‘Serial Tokoh Perempuan Pencerah: Zainab binti Al-Maqdisiyah Gadis Perempuan yang Sholihah’.

Wakil Rektor V UMS Prof., Supriyono, S.T., M.T., Ph.D., menyampaikan ucapan selamat datang dan selamat bergabung dalam diskusi yang membangun pemikiran baru.

“Selamat datang dan selamat berdiskusi bersama Penasihat Grand Syaikh Al Azhar. Semoga nantinya setelah mendapatkan materi, akan menambah insight atau pemahaman baru untuk membangun peradaban yang berkemajuan,” ujar Prof Supriyono.

Ketua Global Fulcrum of Wasatiyyat Islam Prof., Dr., H., M., Din Syamsuddin, MA., juga turut hadir dan memberikan sambutan, dalam agenda yang terselenggara secara daring melalui Zoom Meeting.

Prof., Dr., Nahla Shabri Al-Sha’idy, menceritakan bagaimana sosok Zainab binti Al-Maqdisiyah Gadis Perempuan yang Sholihah, yang terus bergerak untuk mencari ilmu. Penerjemah juga dihadirkan dalam acara tersebut, untuk membantu menerangkan kembali pemaparan dari Nahla Shabri Al-Sha’idy.

“Orang yang sangat mendalami Al-Quran dan terutama hadist-hadist. Sehingga beliau memiliki sangat tinggi dalam periwayatan hadist-hadist penting terutama Bukhori dan As-shahih Muslim,” terang Cecep penerjemah materi Nahla Shabri.

Meskipun dia perempuan, lanjutnya, itu juga tidak menghalanginya untuk mencari ilmu. Disampaikan bahwa Zainab berkelana untuk mencari ilmu hingga Aleppo, Baghdad, Iskandar Kairo. Salah satu murid dari Zainab juga meriwayatkan cerita bagaimama Zainab mencari ilmu.

“Tidak ada seorang pun ulama yang hidup di zamannya, yang beliau ketahui kecuali dia datangi dan belajar secara langsung sampai mendapatkan ijazah menguasai ilmunya untuk kemudian diberikan ijazah atau otoritas untuk mengajarkan kepada yang lain,” lanjutnya.

Dalam puncak diskusi, sesi tanya jawab dilakukan. Beberapa mahasiswa dari MABAS UMS bertanya kepada Penasehat Grand Syaikh Al Azhar itu. Dalam sesi tanya jawab tersebut, mahasiswa mempertanyakan mengenai ungkapan bahwa tanggung jawab perempuan lebih besar. Nahla menyetujui ungkapan tersebut karena bagaimanapun nantinya perempuan yang akan menciptakan orang-orang besar. (Maysali/Humas)