You are currently viewing Gelar Mukernas APTIFI, Prodi Fisioterapi UMS Ingin Tingkatkan Kualitas Pendidikan Fisioterapi

Gelar Mukernas APTIFI, Prodi Fisioterapi UMS Ingin Tingkatkan Kualitas Pendidikan Fisioterapi

  • Post author:
  • Post category:Berita

Program Studi (prodi) Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Asosiasi Pendidikan Tinggi Fisioterapi Indonesia (APTIFI) di Hotel Multazam, Kartasura, Sukoharjo. Acara ini menggandeng sebanyak 56 perguruan tinggi yang memiliki prodi Fisioterapi, 36 perguruan tinggi se-Indonesia diantaranya, STIKES Muhammadiyah Aceh, Poltekes Jakarta, STIKES St. Vincent Surabaya, AKFIS YAB Yogyakarta, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam, IIK Kediri, UDAYANA, UNHAS, dan sebagainya.

“Muskernas yang berlangsung tanggal 18 – 19 Januari 2018 ini membahas, salah satunya menentukan pengembangan studi lanjut bagi pendidikan tinggi Fisioterapi. Saat ini yang ada di Indonesia Diploma tiga (D-3) Fisioterapi, Diploma Empat (D-4) Fisioterapi dan Strata Satu (S-1) Fisioterapi.

“Kita akan mengembangkan Spesialis Fisioterapi dan Strata Dua (S-2) Fisioterapi,” jelas Panitia Muskernas, Totok Budi Santoso, S.Pd, S.St.Ft, M.P.H. yang juga Ketua Prodi Profesi Fisioterapi UMS, di sela-sela acara Mukernas APTIFI, di Hotel Multazam.

Pada Mukernas AFTIFI kali ini, menurut Totok, mendatangkan narasumber dari Thailand Prof Mahidol University Prof. Dr. Montana dan Melbourne University Prof. Gilian Web. “Kita ingin mendapatkan masukan salah satunya dari luar negeri, diantaranya kedua pakar Fisioterapi tersebut. Supaya kita bisa menentukan arah pengembangan pendidikan Fisioterapi, mengarah model Thailand ataukah Australia,” jelasnya.

Saat ini Indonesia, menurut Totok, S-1 Fisioterapi baru ada 7 institusi. Sedang yang profesi baru ada empat profesi yakni UMS, UDAYANA, UNHAS dan Unissa Yogyakarta. “Padahal untuk bisa praktek, minimal harus pendidikan profesi,” jelasnya.

Sejauh ini, keberadaan Fioterapis di Indonesia baru ada 12.000 orang. Kalau dibandingkan dengan penduduk Indonesia saat ini, kata Totok, berarti seorang fisioterapis menangani 25.000 orang. “Idealnya seorang fisioterapis menangani 9.000 orang saja,” ungkap Ketua Prodi Fisioterapis UMS.

Untuk memenuhi kebutuhan itu, menurut Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Fisioterapi Indonesia (APTIFI) Dr. Djohan Aras, S.Ft, Physio, M.Pd, M.Kes. salah satunya melalui pendidikan. Dengan kata lain membangun pendidikan fisioterapi. Tidak hanya bergerak pada level vokasi, tetapi juga mendorong untuk meningkatkan fisioterapis pada level pendidikan strata satu, strata dua, dan strata tiga.

“Untuk itu, saat ini kurikulum pendidikan fisioterapi akan menjadi salah satu fokus program kerja APTIFI, sekaligus mendorong lembaga pendidikan Fisioterapi untuk meningkatkan jumlah lulusan berikut kualitasnya,” jelasnya. (Eko/Ahmad)