You are currently viewing Komunikasi Simbolik Lebih Mengena di Pemilu

Komunikasi Simbolik Lebih Mengena di Pemilu

Pakar Politik UMS Ihwan Susila (FAUZIA AKMAL/RADAR SOLO)

RADARSOLO.COM – Pesta demokrasi dalam balutan Pemilu 2024 sudah digelar serentak, Rabu (14/2/2024).

Namun, sejumlah pengamat mengklaim literasi politik masyarakat sangat terbatas. Sehingga sering dimanfaatkan politisi untuk meraih simpati dan suara masyarakat.

Hal ini disampaikan pakar politik dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Ihwan Susila, Kamis (15/2/2024).

Ihwan menyebut masyarakat Indonesia sangat heterogen. Dalam gelaran pemilu, masyarakat menaruh harapan besar terhadap para kandidat calon pemimpin dan wakil rakyat.

“Maka yang diungkapkan adalah simbol-simbol. Karena simbol itu lebih mudah ditangkap daripada janji. Daripada orasi akademik. Maka isu-isu kesetaraan, kerakyatan, dan yang sifatnya ke masalah-masalah grassroot, itu yang dikomunikasikan. Itulah kehebatan komunikasi simbolik,” kata Ihwan.

Ihwan menambahkan, komunikasi simbolik berkaitan dengan simbolisme dalam tataran politik.

Menggambarkan simbol yang digunakan untuk meyakinkan pemilih. Alhasil komunikasi simbolik menjadi perhatian masyarakat yang basis utamanya adalah kultural.

“Misalnya orang Jawa terkenal keluguannya. Orang yang tegas atau karakter yang menempel pada kandidat itu, menjadi tokoh yang bisa mengayomi. Bisa memberikan kesejahteraan dan seterusnya,” bebernya.

Di dunia politik, lanjut Ihwan, komunikasi simbolik levelnya rendah. Karena termasuk dalam perangkat heuristik.

“Heuristik itu pokoknya pesan saya sampai sesederhana mungkin dan bisa ditangkap masyarakat,” ujarnya.

Ihwan meyakini masyarakat sangat mengenal partai politik (parpol) yang merefleksikan diri masing-masing.

Refleksi tersebut bisa berupa basis agama, ideologi, simbol, hingga mitos. Sehingga mereka akan memilih parpol yang dinilai memperjuangkan atau merefleksikan dirinya.

“Politisi yang memanfaatkan simbol-simbol dalam masa kampanye harus berhati-hati. Terutama yang membangun komunikasi secara intensif, kemudian menggunakan simbol-simbol untuk memengaruhi pemilih,” bebernya.

Ihwan berharap para politisi bisa menepati janji kampanyenya setelah terpilih. “Komunikasi simbolik itu akan ditagih. Nanti ketika sudah terpilih dan ternyata kinerjanya tidak riil, hasilnya ya hanya janji janji,” imbuhnya. (zia/fer)

Sumber: https://radarsolo.jawapos.com/nasional/844164903/komunikasi-simbolik-lebih-mengena-di-pemilu